Jumat, 16 Oktober 2015
Keris Pusaka Nagasassra dan Kyai Condong Campur

Keris Pusaka Nagasassra dan Sabuk Inten adalah dua benda pusaka
peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu dapur (bentuk)
keris luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas,
sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah
luk-nya.
Pada keris dapur Nagasasra yang baik, sebagian besar bilahnya
diberi kinatah emas, dan pembuatan kinatah emas semacam ini tidak disusulkan
setelah wilah ini selesai, tetapi telah dirancang oleh sang empu sejak awal
pembuatannya. Pada tahap penyelesaian akhir, sang empu sudah membuat bentuk
kinatah sesuai rancangannya . Bagian-bagian yang kelak akan dipasang emas
diberi alur khusus untuk "tempat pemasangan kedudukan emas" dan
setelah penyelesaian wilah selesai, maka dilanjutkan dengan penempelan emas
oleh pandai emas. Salah satu pembuat keris dengan dapur Nagasasra terbaik,
adalah karya empu Ki Nom, merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada
akhir zaman kerajaan Majapahit.
Keris Kyai Condong Campur
Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan
Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklor. Keris ini dikenal
dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur.
Keris ini merupakan salah satu dapur keris lurus. Panjang bilahnya sedang dengan kembang kacang, satu lambe gajah, satu sogokan di depan dan ukuran panjangnya sampai ujung bilah, sogokan belakang tidak ada. Selain itu, keris ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an. Condong Campur merupakan suatu perlambang keinginan untuk menyatukan perbedaan. Condong berarti miring yang mengarah ke suatu titik, yang berarti keberpihakan atau keinginan. Sedangkan campur berarti menjadi satu atau perpaduan. Dengan demikian, Condong Campur adalah keinginan untuk menyatukan suatu keadaan tertentu. Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak yang jahat.
Keris ini merupakan salah satu dapur keris lurus. Panjang bilahnya sedang dengan kembang kacang, satu lambe gajah, satu sogokan di depan dan ukuran panjangnya sampai ujung bilah, sogokan belakang tidak ada. Selain itu, keris ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an. Condong Campur merupakan suatu perlambang keinginan untuk menyatukan perbedaan. Condong berarti miring yang mengarah ke suatu titik, yang berarti keberpihakan atau keinginan. Sedangkan campur berarti menjadi satu atau perpaduan. Dengan demikian, Condong Campur adalah keinginan untuk menyatukan suatu keadaan tertentu. Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak yang jahat.
Dalam dunia keris muncul mitos dan legenda yang mengatakan
adanya pertengkaran antara beberapa keris. Keris Sabuk Inten yang merasa
terancam dengan adanya keris Condong Campur akhirnya memerangi Condong Campur.
Dalam pertikaian tersebut, Sabuk Inten kalah. Sedangkan keris Sengkelat yang
juga merasa sangat tertekan oleh kondisi ini akhirnya memerangi Condong Campur
hingga akhirnya Condong Campur kalah dan melesat ke angkasa menjadi Lintang
Kemukus(komet atau bintang berekor), dan mengancam akan kembali ke bumi setiap
500 tahun untuk membuat huru hara, yang dalam bahasa Jawa disebut
ontran-ontran.
Keris Sengkelat
Keris Sengkelat adalah keris pusaka luk tiga belas yang
diciptakan pada jaman Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa pemerintahan
Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa Mandagri.
Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel. Konon bahan untuk
membuat keris Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta.
Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat. Ketika ditanya
besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad saw. Maka
diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah pedang.
Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan
pedang, maka dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama
keris Sengkelat. Setelah selesai, diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan
menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya.Maka oleh
Sunan Ampel disarankan agar keris Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya
V.
Ketika Prabu Brawijaya
V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan kehebatan keris
Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu piyandel
(maskot) kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo, mempunyai tempat
khusus dalam gudang pusaka keraton.
Pusaka baru itu
menjadi sangat terkenal sehingga menarik perhatian Adipati Blambangan. Adipati
ini memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencuri pusaka tersebut demi
kejayaan Blambangan, dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi pada kerajaan
Majapahit diberi tugas untuk mencari dan membawa kembali pusaka tersebut ke
Majapahit. karena taktik yang jitu dari mpu sumpa akhirnya keris itu ia
dapatkan kembali dan tanpa menyebabkan peperangan,Malah Ki Nambang akhirnya
dianugerahi seorang putri kadipaten yang bernama Dewi Lara Upas, adik dari
Adipati Blambangan itu sendiri.Sang Mpu yang berhasil melaksanakan tugas selalu
mencari cara agar dapat kembali ke Majapahit. Ketika kesempatan itu tiba maka
beliau pun segera kembali ke Majapahit dan meninggalkan istrinya yang sedang
hamil. Sebelum pergi, beliau meninggalkan pesan kepada sang istri bahwa kelak
jika anak mereka lahir laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta meninggalkan
besi bahan membuat keris.
Mengenal Keris Carubuk Pusaka Sunan Kalijaga
Keris Kyai Carubuk, Senjata Pusaka Kanjeng
Sunan Kalijaga. Terkait keris pusaka dan sakti di Indonesia, dalam khanazah
sejarah dan budaya nusantara, kebanyakan keris sakti berasal dari pulau Jawa,
terutama di era kejayaan Kerajaan Majapahit. Banyak cerita, kisah dan juga
mitos seputar keris. Konon, keris yang memiliki kesaktian tidak sembarangan
bisa dimiliki, harus memiliki kecocokan atau berjodoh dengan yang memegangnya.
Banyak yang meyakini juga keris yang sakti bisa berdiri sendiri jika diminta
oleh pemegangnya, dan banyak lagi cerita lainnya tentang kesaktian keris ini.
Kali ini, infomistik akan membawa anda ke wilayah kajian keris pada konteks
sejarah. Terkait sejarah ini, ada bebeberapa keris yang terkenal dan paling
populer di Indonesia, salah satunya adalah Keris Kyai Carubuk, Senjata Pusaka
Kanjeng Sunan Kalijaga. Keris Kyai Carubuk ini adalah mahakarya ketiga dari Mpu Supa Madrangi selain
Keris Kyai Sangkelat dan Keris Kyai Nagasasra. Keris ini juga merupakan
peninggalan Mahapahit.
Dalam satu legenda dikisahkan, Kanjeng Sunan Kalijaga meminta tolong kepada Mpu
Supa Mandragi untuk dibuatkan sebuah keris coten-sembelih (untuk menyembelih
kambing). Sunan Kaljaga memberikan besi yang ukurannya sebesar biji asam jawa
sebagai bahan pembuatan keris kepada Mpu Supa Mandrangi. Mengetahui besarnya
calon besi tersebut, Empu Supa sedikit terkejut. Namun setelah Mpu Supa
menerima besi tersebut dari Kanjeng Sunan Kalijaga, Ia berkata “besi ini
bobotnya berat sekali, tak seimbang dengan besar wujudnya dan tidak yakin
apakah cukup untuk dibuat keris”. Lalu Sunan Kalijaga berkata “besi itu tidak
hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung”. Karena ampuhnya
perkataan Kanjeng Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi yang sebesar biji
asam jawa tersebut menjelma menjadi sebesar gunung. Hati empu Supa menjadi
gugup, karena mengetahui bahwa Kanjeng Sunan Kalijaga memang benar-benar wali
yang dikasihi oleh Sang Pencipta Kehidupan, yang bebas mencipta apapun.
Lantaran itu, empu Supa berlutut dan takut.
Ringkas cerita, besipun kemudian dikerjakan oleh Mpu Supa Mandrangi. Tidak lama
kemudian, jadilah sebilah keris, kemudian Mpu Supa Mandrangi menyerahkan keris
tersebut kepada Kanjeng Sunan Kalijaga. Begitu melihat bentuk kerisnya, Kanjeng
Sunan Kalijaga menjadi kaget karena hasil kejadian keris itu berbeda jauh
sekali dengan yang dimaksudkan. Semula ia bermaksud meminta dibuatkan keris
untuk menyembelih kambing, ternyata yang dihasilkan adalah keris Jawa (baca
Nusantara) asli Majapahit, luk tujuhbelas. Begitu mengetahui keindahan keris,
perasaan Kanjeng Sunan Kalijaga tersentuh, oleh karena itu mengamatinya sempai
puas tidak bosan-bosannya. Kemudian ia berkata sambil tertawa dan memuji
keindahan keris itu.
Kemudian Kanjeng Sunan Kaljaga memberikan besi sebesar biji kemiri kepada Mpu
Supa Mandrangi dan meminta Mpu Supa Mandrangi untuk membuatkannya sebilah keris
lagi. Lalu Empu Supa mengerjakannya, dan setelah dikerjakan, jadilah sebilah
keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Kemudian Mpu Supa Mandrangi
menyerahkan keris tersebut kepada Kanjeng Sunan Kaljaga. Begitu mengetahui
wujud keris yang dihasilkan, Kanjeng Sunan Kalijaga sangat senang hatinya dan
menamai keris tersebut dengan nama “Keris Kyai Carubuk”.
Keris Kyai Carubuk ini kemudian menjadi senjata pusaka Sultan hadiwijaya, dan
pernah digunakan bahkan sanggup mengalahkan keris kyai setan kober milik arya
penangsang yang ketika itu digunakan oleh pesuruh Arya Penangsang untuk
melakukan percobaan pembunuhan kepada Sultan Hadiwijaya. Karena utusan Arya
Penangsang dapat dikalahkan, keris Kyai Setan Kober diambil oleh Sultan
Hadiwjaya, lalu dikembalikan sendiri oleh Sultan Hadiwjaya kepada Arya
Penangsang yang membuat Arya Penangsang tersinggung dan marah. Karena
Arya Penangsang tersinggung dan marah, maka timbul kerbutan antara Arya
Penangsang dan Sultan Hadiwijaya, dan keributan tersebut dapat dihentikan oleh
Kanjeng Sunan Kudus
sumber :
http://infomistik.com/keris-kyai-carubuk-senjata-pusaka-kanjeng-sunan-kalijaga-328.html
Rabu, 14 Oktober 2015
Keris Misterius " Omyang Jimbe "
Jaelani, 52
th, warga kabupaten Cepu, Jawa Tengah menunjukkan keajaiban keris omyang jimbe
yang dimilikinya. Sebuah gelas, diisi dengan seperempat gelas beras. Kemudian
gelas tersebut ditutup kain putih, lalu keris omyang jimbe ditaruh di samping
gelas. Dalam waktu satu jam, keajaban terjadi, gelas yang semula hanya berisi
seperempat, kini gelas tersebut tersi penuh oleh beras. “inilah salah satu
keajaiban yang dimiliki oleh omyang jimbe ini mas” kata Jaelani kepada
infomistik.com. Lebih dari hampir 15 tahun Jaelani merawat keris tua itu.
Beberapa
literatur kuno baik versi jawa tentang sejarah perkerisan (serat centhini)
maupun buku-buku yang di terbitkan oleh penjajah Belanda zaman dahulu bahwa
keris berdapur puthut kembar yang biasa di sebut sebagai omyang jimbe memiliki
macam versi. Meski sebenarnya penamaan omyang jimbe kurang pas, karena penamaan
tersebut di ambil dari nama seorang empu bernama omyang yang hidup di zaman
kerajaan pajang. Namun penamaan tersebut sudah terbiasa di kalangan masyarakat
sehingga penamaan dapur puthut kembar menjadi sangat akrab di sebut sebagai
keris omyang jimbe. Namun sebenarnya ada beberapa keutamaan dari keris yang
biasa di sebut omyang ini, di antaranya Omyang jimbe, Omyang Tagih, Omyang
Tambah Beras, Omyang Cungpet (pemadam listrik), Omyang Darah dan Omyang Kera
Nadah (bagian gandhik bentuk kera kembar bukan puthut kembar) konon pusaka yang
satu ini termasuk kategori langka.
Keris
"Omyang" versi buatan Empu Omyang (Era Pajang) memiliki ganja yang
datar tergolong ganja wuwung. Bagaimana dengan yang dikenal masyarakat dengan
"omyang jimbe" (yang dikenal memiliki isoteri (tuah) melindungi harta
pemiliknya dan memudahkan menagih hutang, bahkan beberapa keris omyang dapat di
manfaatkan sampai menarik dana ghaib. Dan apakah setiap keris
"Omyang" sepuh semuanya dibuat oleh Empu Omyang yang hidup di era
Pajang ? jawabannya tentu tidak. Sekali lagi hal tersebut adalah kesalahan
persepsi tentang keris ber dapur puthut kembar ini yang sudah terlanjur beredar
di kalangan masyarakat.
Di samping
itu Garapan Mpu Omyang juga memiliki ciri di bagian Pesi, yaitu berlubang
seperti lubang jarum. Berdasarkan buku versi belanda Omyang yang asli hanya ber
pamor, wos wutah, wengkon, toyo membeg, lawe saukel dan kelengan, namun seiring
kemajuan zaman keris ini banyak di kembangkan menjadi berpamor lain yang lebih
indah lagi. Khususnya lebih banyak kepada keris kamardhikan (keris yang di buat
setelah zaman kemerdekaan).
Empu Omyang
adalah anak Empu Supa (Sepuh) dari jaman Majapahit. Ki Omyang juga disebut Ki
Tundhung Kudus. Disebut demikian karena sewaktu mengabdi kepada Raja Pajang ia
diusir dari keraton gara-gara difitnah oleh rekannya Empu Cublak. Di Kudus
pembuat keris ini tidak lama, kemudian ia mengabdi ke kerajaan Mataram, bahkan
dia diangkat menjadi pemimpin para empu, dan diberi gelar Ki Supa Anom atau
lebih kondang disebut Ki Nom.
Karya Empu
Omyang banyak dipercaya masyarakat jika digunakan untuk mengkreditkan uang akan
menguntungkan. Yang berhutang selalu akan risih karena diganggu oleh dhemit dan
thuyul yang bercokol di dalam keris Omyang itu. Keris Omyang ditandai dengan
bagian sor-sorannya yang mbekel (buncit) seperti perut Bethara Narada atau
ngedhe karena luknya berjalan kekiri, tidak kekanan seperti lazimnya. Namun
menurut pakar tayuh keris R. Oesodo, keris Omyang tidak selalu ngedhe. Ada juga
keris Omyang yang berluk biasa bahkan ada juga yang berdapur lurus.
Pada umumnya
keris tangguh Pajang memiliki besi mentah, terkesan kurang tempaan Pamornya
mubyar (menyala) putih seperti perak. Baja sedang jika berluk, kelokannya
terlihat rapat (kekar). Ganja umumnya besar. Sirah cecak juga besar.
Tantingannya agak berat, lebih berat dari keris-keris Mataram. Selain Omyang di
jaman Pajang juga dikenal Empu Cublak, Empu Wonogati, Empu Surawangan, Empu
Joko Puthut dan Empu Pengasih. Pembuat keris yang disebut terakhir ini ditandai
dengan karyanya yang tidak berpamor.
Keris Kyai Singo Barong
Nusantara Bertuah, salah satu benda
pusaka di Nusantara ini yang namanya cukup menggetarkan para pecinta Keris
Pusaka adalah Keris Kyai Singo Barong. Sejak dahulu, keris dengan
bentukan dapur Singa Jantan ini telah menjadi buruan para pemburu benda pusaka
karena keris dengan dapur Singo Barong diyakini memang sangat kuat. Dapur Singa
Jantan (simha) ini akan membuat sang pemilik atau pemegang keris ini memiliki
karakter pemberani dan kuat bagaikan simha yang penuh kekuatan dan
keberanian. Selain itu, wibawa singa juga diyakini mampu membuat pemilik
atau pemegang keris ini memiliki kewibawaan dan kharisma bagaikan singa.
“Keris Kyai
Singo Barong ini memang salah satu keris yang cukup istimewa, sangat langka.
Kharismanya sangat kuat, dan bila kekuatan keris ini sudah menyatu dengan
pribadi pemiliknya, maka orang yang memiliki keris ini bagaikan singa, disegani
kawan atau lawan, tapi tidak semua orang bisa cocok memegang keris ini”, kata
Ki Latif, salah seorang ahli keris dari Kediri, Jawa Timur kepada
infomistik.com, Kamis 18/07/2013 saat infomistik berkunjung ke rumahnya untuk
melihat dan memperhatikan koleksi keris yang dimilikinya.
Mengenai
kecocokan seseorang dengan keris yang dimiliki atau dipegangnya, ki Latif
menjelaskan bahwa keris itu ibaratnya sama dengan pakaian sehingga wajar jika
ada yang cocok atau tidak cocok. “Ya ibarat pakaian mas, ada yang cocok ada
yang tidak. Misalkan begini, saya ini kan seorang petani yang kerjanya
setiap hari berkebun dan mencangkul. Kalau saya sehari-harinya pakai
jubah seperti Kyai atau pakai baju safari seperti anggota DPR kan tidak cocok
mas, bukannya tambah berwibawa tapi malah jadi bahan cemoohan para tetangga, walaupun
Jubah atau baju safari itu harganya jutaan rupiah, kira-kira begitu mas”.
Jelas Ki Latif.
Mengenai
asal usul keris Singo Barong yang dimilikinya, ia mengatakan bahwa ia
mendapatkan keris Singo Barong tersebut dari seorang kakek yang ia sendiri tidak
tahu siapa namanya dan sejak menyerahkan keris itu hingga kini belum pernah
bertemu lagi. “waktu itu, sudah cukup lama ya mas, sekitar 20 tahun yang lalu,
saya sedang di kebun saya, lalu ada seorang kakek datang menitipkan keris ini
kepada saya. Waktu itu ya saya terima saja, wong dia nitip, lalu dia
pergi dan sampai sekarang saya belum pernah bertemu lagi dengan kakek
itu. Jadi ini bukan milik saya, saya hanya dititipi saja kok, ya saya
rawat sebisa saya mas”, cerita Ki Latif.
Mengenai
beredarnya cerita bahwa keris Singo barong bisa berdiri di atas lantai,
Ki Latif memang tidak menampiknya. “ya memang begitu, tapi sebenarnya semua
keris bisa berdiri asal yang pegang bisa memerintahkannya, semua keris mas,
bukan hanya keris Singo Barong saja. Bahkan, keris Singo Barong bisa saja tidak
mau berdiri jika memang yang menyuruhnya tidak bisa”, kata Ki Latif.
Menurut ki
Latif, pribadi-pribadi yang cocok memegang Keris Kyai Singo Barong ini adalah
para pemimpin seperti Bupati atau Presiden. Dan jika Bupati atau Presiden
memiliki keris jenis ini, maka dia akan menjadi pemimpin yang tegas dan
berwibawa, disegani oleh semua orang, baik oleh rakyat yang dipimpinnya maupun
oleh kawan dan lawan politiknya.
Selain itu,
menurut Ki Latif, pemilik keris Kyai Singo Barong ini juga bisa membuat
pemilik atau pemegangnya menjadi sosok yang pintar dalam berbicara sehingga
sangat pas jika dimiliki oleh para pemimpin baik pemimpin formal maupun
non formal.
Selasa, 13 Oktober 2015
KERIS SEMAR MESEM
Pusaka Semar
Mesem merupaka salah satu benda pusaka yang sangat terkenal di babad Jawa
sebagai pusaka kewibawaan dan pengasihan atau pelet tingkat tinggi. Pusaka
Semar Mesem diperkirakan sudah ada sejak jaman kerajaan dulu dan banyak orang
yang membicarakan tentang kekuatan ghaib dari pusaka semar mesem. Daya
gaib ini yang sangat luar biasa dari Pusaka semar mesem ini membuat
banyak orang berlomba untuk mendapatkannya dengan cara ritual di suatu tempat
tertentu tapi tidak sedikit juga yang membelinya dengan cara dimaharkan.
Pusaka Semar
Mesem merupakan salah satu benda bertuah, yaitu benda yang memiliki energi gaib
yang bisa digunakan keperluan apapun sesuai khendak si pembuat, seperti
kekebalan, pengasihan, kedudukan dan sebagainya. Benda bertuah ini memiliki
tiga kategori yang pertama benda bertuah hasil pengisian atau sering disebut
dengan benda afirmasi kedua benda bertuah asli hasil penarikan alam gaib dan
yang terakhir adalah benda alam yang tercipta dengan sendirinya dan memiliki
kekuatan murni dari alam.
Pusaka ini
tergolong langka, terutama bila ditilik dari khasiat dan keampuhannya.
Pusaka ini berbentuk seperti semar terbuat dari bahan logam kuning dengan
panjang 4cm pusaka ini sangat ampuh untuk pelet atau memikat lawan jenis serta
untuk dagang aura keberuntungan yang kuat, untuk pengasihan pusaka semar mesem
memang jagonya.
Berwujud
seperti keris kecil, memiliki ukuran tinggi 6, 5 cm dan lebar 4 cm. Meski
sebetulnya benda ini bukan sebuah keris dan pada ujungnya terpatri bentuk
Semar, Semar adalah seorang Batara Guru dalam Pewayangan yang memiliki
kesaktian tinggi dan di dalam sejarah Keris Semar ini pernah di gunakan oleh
pembantu Jaka Tingkir, bernama Ki Ageng Pemanahan cucu dari Ki Ageng Selo yang
banyak memikat hati lawan jenis. Mendapat perhatian dan pengasihan dari banyak
orang, disukai kawan maupun lawan, memancarkan Aura kharisma dan kewibawaan,
pelaris dagangan, menetralkan segala gangguan makhluk ghaib, mendapat
keberuntungan dalam segala bidang, dll.
Mendengar kata
“Semar” mungkin ingatan kita langsung menuju kepada salah satu tokoh dalam
dunia pewayangan. Dalam dunia pewayangan khususnya yang dikenal ditanah Jawa,
Semar selalu hadir pada saat “goro-goro” dimana ketika terjadi kerusuhan,
keguncangan dan huru-hara Semar hadir dan menjadi tokoh penting yang bisa
memberikan solusi yang bijak atas konflik yang terjadi antara Pandawa dan
Kurawa.
Semar dalam
dunia pewayangan memiliki 3 orang anak yaitu Gareng, Petruk dan Bagong. Semar
sendiri digambarkan sebagai seorang dewa yang menjelma menjadi seorang “abdi/
pelayan/ pembantu/ penghibur” bagi seisi alam. Dimana dalam mitos dunia
pewayangan Semar lahir dari telur yang menetas sendiri bersama dua makhluk
tertua yaitu Batara Guru dan Togog. Oleh karenanya Semar sudah ada sebelum
orang Jawa, sehingga Semar dipercaya melekat pada kehidupan orang Jawa sampai
saat ini.
Lalu apa
hubungannya dengan “Keris semar Mesem” ?. Semar Mesem lebih dikenal sebagai
suatu ajian pengasihan yang digunakan untuk memikat pihak “lawan” (sejenis atau
lain jenis). Dengan ajian Semar Mesem, yang arti dalam Bahasa Indonesia Semar
Senyum, maka diharapkan orang disekitar kita akan senang kepada kita. Mungkin
ini ada kaitannya dengan sikap mesem atau tersenyum, dimana orang yang
tersenyum tentunya lebih enak dipandang mata daripada orang yang tidak
tersenyum. Insya Allah bagi orang yang memegang keris ini akan memiliki daya
pengasihan yang sangat kuat, bisa digunakan untuk menundukkan orang lain supaya
nurut kepada kita.
Langganan:
Postingan (Atom)